II. PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Kognitif Anak Usia 3 – 4 Tahun
2.1.1 Kognitif Pada Anak Usia 3-4 Tahun Berdasarkan
Teori Piaget
Menurut piaget dalam teori
perkembangan kognitifnya menyatakan bahwa tahap perkembangan kognitif anak itu
terbagi menjadi 4 tahap yaitu 1. Tahap Sensori Motor, 2. Tahap Praoperasional,
3. Tahap Konkret Operasional, Dan yang ke
4. Tahap Formal Operasional. Anak usia 3- 4 tahun berdasarkan teori
piaget ini termasuk kedalam tahap yang 2 yaitu tahap pra-operasional Pada tahap
ini anak mulai menunjukkan proses berpikir yang lebih jelas (berpikir simbolis
).
Berpikir simbolis yaitu
pemikiran dengan menggunakan symbol atau benda, berkembang suatu anak mulai suka meniru sesuatu. Anak mulai mengenali beberapa symbol dan tanda
termasuk bahasa dan gambar. Anak menunjukkan kemampuannya melakukan permainan
simbolis. Misalnya ia pura- pura minum dari sebuah cangkir mainan yang kosong,
menggerakkan balok kayu sambil menirukan bunyi mobil seakan- akan balok itu
adalah mobil. Dengan demikian anak sudah menggunakan memorinya tentang “ mobil”
dan menggunakan balok untuk mengekspresikan pengetahuan itu.
Penguasaan bahasa anak pada
tahap ini sudah sistematis, anak sudah mampu melakukan permainan simbolis,
imitasi( baik langsung maupun tertunda ), serta mampu mengantisipasi apa yang
akan terjadi pada waktu mendatang. Namun demikian, cara berpikir anak masih
sangat egosentrik; anak belum mampu mengambil persfektif orang lain, baik
secara perseptual, emosional-motivasional, dan konseptual.
Ciri khas dari tahap ini
kurangnya kemampuan mengadakan konservasi pada anak; cara berpikirnya memusat
pada satu dimensi saja, serta mengabaikan dimensi lainnya. Disamping itu cara
berpikir pra oprasional tidak dapat dibalik dan terarah statis.
Contoh;
Anak pada usia 2 tahun akan mulai dapat mengucapkan
berbagai kata terlepas dari kemampuannya memahami kata yang diucapkan.menurut
Lev Vygotsky (1971) dikutip oleh suyanto,2005. Menyatakan bahasa dan pikiran
pada mulanya berbeda asal. Kemudian pada akhirnya bahasa merupakan ekspresi
dari pikiran. Pada usia 4-5 tahun anak semakin menunjukkan kemampuan untuk
berbicara, terutama dengan teman sebayanya. Di TK sering anak seusia ini
berkumpel dan bercakap- cakap serius. Akan tetapi kalu dicermati percakapan
mereka lebih bersifat “ kolektif monolog “, artinya tak lebih dari percakapan
searah ( monolog bukan dialog ). Misalnya Budi berkata, “ ayah saya beli sepeda
baru”. Lalu si B menimpali, “ ayahku punya tas besar sekali”; dan si C
menambahkan, “ ayahku mau ngajak saya pergi memancing ikan”. Percakapan
tersebut tidak ada kaitannya satu sama lain. Tetapi hal ini penting artinya
sebagai awal sosialisasi anak.
Perlu diketahui dua titik penting teori Piaget.
Pertama, Piaget menyadari bahwa anak-anak melewati tahapan ini dengan kecepatan
yang berbeda-beda, oleh karena itu dia mengingatkan pentingnya pendekatan pada
usia-usia yang terkait dengan mereka. Bagaimanapun dia menekankan bahwa
anak-anak berpindah melalui tahap-tahap ini dalam suatu urutan yang tidak
berubah, dalam urutan sama.
Asimilasi adalah
proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini
bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman
atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada
sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberi label
“burung” adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.
Akomodasi adalah
bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema
akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada.
Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali.
Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung
sebelum memberinya label “burung” adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada
skema burung si anak .
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistim
kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu
tahap ke tahap berikutnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang
individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan
seimbang antara struktur kognisi dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan
selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan
menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.(diakses padahttp://id.wikipedia.org).
2.1.2 Aspek-aspek Perkembangan Kognitif Anak
Bertitik
tolak dari gambaran umum tentang fase-fase perkembangan kognitif tersebut di
atas, maka dapat diketahui bahwa perkembangan kognitrf anak usia 3-4 tahun dalam
fase praoperasional vang menckup tiga aspek, yaitu:
1. Berpikir Simbolis
1. Berpikir Simbolis
Aspek berpikir simbolis yaitu kemampuan untuk
berpikir tentang objek dan peristiwa walaupun objek dan peristiwa tersebut
tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak.
2. Berpikir Egosentris
Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara
berpikir tentang benar atau tidak benar, setuju atau tidak setuju, berdasarkan
sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak belum dapat meletakkan cara
pandangnya di sudut pandang orang lain.
3. Berpikir lntuitif
Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan
untuk menciptakan sesuatu, seperti menggambar atau menyusun balok, akan tetapi
tidak mengetahui dengan pasti alasan untuk melakukannya.
2.1.3 Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak 2- 5 Tahun
A. Karakteristik Kognitif Anak Usia 2 – 3 Tahun
Kemampuan
kognitif anak usia 2 – 3 tahun semakin kompleks. Perkembangan anak usia 2 – 3
tahun ditandai dengan beberapa tahap kemampuan yang dapat dicapai anak, yaitu
sebagai berikut :
1. Berpikir simbolik.
Anak usia 2
tahunan memiliki kemampuan untuk menggunakan simbol berupa kata-kata, gambaran
mental atau aksi yang mewakili sesuatu. Salah satu bentuk lain dari berpikir
simbolik adalah fantasi, sesuatu yang dapat digunakan anak ketika bermain.
Mendekati usia ketiga, kemampuan anak semakin kompleks, dimana anak sudah mulai
menggunakan obyek subtitusi dari benda sesungguhnya. Misalnya anak menyusun
bantal- bantal sehingga menyerupai mobil dan dianggapnya sebagai mobil balap.
2. Mengelompokkan,
mengurut dan menghitung.
Pada tahun
ketiganya, anak sudah dapat mengelompokkan mainannya berdasarkan bentuk,
misalnya membedakan kelompok mainan mobil-mobilan dengan boneka binatang.
Selain mengelompokkan, anak juga mampu menyusun balok sesuai urutan besarnya
dan mengetahui perbedaan antara satu dengan beberapa (kemampuan menghitung).
3. Meningkatnya
kemampuan mengingat.
Kemampuan
mengingat anak akan meningkat pada usia 8 bulan hingga 3 tahun. Sekitar usia 2
tahun, anak dapat mengingat kembali kejadian-kejadian menyenangkan yang terjadi
beberapa bulan sebelumnya. Mereka juga dapat memahami dan mengingat dua
perintah sederhana yang disampaikan bersama-sama. Memasuki usia 2,5 hingga 3
tahun, anak mampu menyebutkan kembali kata-kata yang terdapat pada satu atau
dua lagu pengantar tidur.
4. Berkembangnya
pemahaman konsep.
Ketika mencapai
usia 18 bulan, anak memahami waktu untuk pertama kalinya yaitu pemahaman
“sebelum” dan “sesudah”. Selanjutnya pemahaman “hari ini”. Pada usia 2,5 tahun,
anak mulai memahami pengertian “besok”, disusul dengan “kemarin” dan pengertian
hari-hari selama seminggu di usia 3 tahun.
5. Puncak perkembangan
bicara dan bahasa.
Pada usia
sekitar 36 bulan, perbendaharaan kata anak dapat mencapai 1000 kata dengan 80%
kata-kata tersebut dapat dipahaminya. Pada usia ini biasanya anak mulai banyak
berbicara mengenai orang-orang di sekelilingnya, terutama ayah, ibu dan anggota
keluarga lainnya.
(Diakses
http.viliajeny.blogspot.com. )
B. Karakteristik
Kognitif Anak Usia 3-5tahun
1. Berpikir secara simbolik
Anak Usia 3-5 Tahun, adalah anak pada masa Pra
operasional Kongkrit, artinya bahwa mereka memilik kemampuan menghadirkan secra
mental atau simbolis objek kongrit atau nyata, tindakan, dan peristiwa. Mereka
hanya percaya pada kinerja konkret objek bukan gagasan.
2. Memahami kelestarian Bilangan
2. Memahami kelestarian Bilangan
Kelestarian adalah kemampuan untuk memahami bahwa
zat zat dan benda benda itu tetap sama terlepas dari perubahan bentuk atau
perubahan susunan dalam ruang.
3. Berpikir Semi Logis.
Pemikiran dan penalaran anak anak pada usia ini
adalah semi logis karena penalaran logika mereka terbatas.Anak anak usia 3 – 5
tahun tidak mampu mengingat lebih dari pada satu hubungan dalam suatu waktu.
(Diakses
http://leekhaflanella.multiply.com)
2.1.4 Faktor – Faktor
Pengembangan Kognitif Anak 3- 4 Tahun
1. Faktor
Internal
A. Faktor orang tua ( ibu )
1.Berdasarkan penelitian dari Dr. Norma R. (USA) : 28 bayi yang baru
lahir ( 1 minggu) dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok A adalah ibu yang
menghabiskan waktu dengan bayinya sehari selama minimal 5 jam selain waktu
menyusui. Sedangkan kelompok B adalah ibu yang menghabiskan waktu dengan
bayinya sehari selama 30 menit (pada waktu menyusui ). Dr. Norma terus
melakukan pengamatan sampai bayi-bayi tersebut menjelang usia masuk SD. Dan
hasilnya menunjukkan bahwa ‘knowledge’ bayi-bayi kelompok ‘excellent’ / lebih
baik daripada bayi-bayi kelompok B.?
2.Dr. Glenn Doman (Institutes for the Achievement of Human Potential)
mengatakan, bahwa institut yang dibawahinya hanya membantu orang tua dalam
pelaksanaan pemberian stimulasi kepada anak. Yang mana yang menjadi target
pembelajaran sesungguhnya adalah para orang tua. Karena kunci keberhasilan dari
berlangsungnya stimulasi terletak di tangan para orang tua.?
3.Hasil dari penelitian bahwa, anak-anak yang sering dibacakan buku
cerita dengan dipangku oleh ibu memiliki daya tangkap dan ingatan yang lebih
baik dibandingkan anak-anak yang jarang dibacakan buku cerita dengan dipangku
dan dipeluk oleh ibunya.
4.Oofuka Masaru : Ibu sangat berperan penting dalam pemberian stimulasi
kepada anak, karena anak lebih peka dan cepat dalam menangkap bahasa ibu,
gerakan ibu dan suasana hati ibu. Sentuhan dan pelukan serta kebersamaan dengan
anak merupakan modal utama dalam pemberian stimulasi. Karena itulah hampir pada
semua pusat terapi anak autis di Jepang, pemberian terapi kepada anak tidak
dilakukan oleh ahlinya, tetapi harus oleh orang tuanya sendiri. Jadi setiap
kali waktu terapi, para ahli hanya mengajarkan materi kepada orang tua, baru
kemudian orang tua yang melakukan terapi kepada anaknya sendiri. Karena hasil
penelitian membuktikan bahwa anak yang diterapi oleh orang tuanya sendiri akan
menunjukkan kemajuan lebih baik daripada terapi yang dilakukan oleh orang lain,
walau terapis ahli sekalipun.
2. Faktor Eksternal.
A.lingkungan
1. Dr. Boris Klosovskii (neurosurgeon, neurophysiologist) : Bayi kucing
dan bayi anjing yang baru lahir dibagi menjadi 2 kelompok. Pada kelompok
pertama kucing-kucing dan ajing-anjing tersebut dibiarkan tumbuh dan besar
secara alami, sebagaimana kucing-kucing dan anjing-anjing lainnya. Sedangkan
pada kelompok kedua kucing-kucing dan anjing-anjing tersebut ditaruh dalam
suatu meja yang berputar pelan, dan ditaruh diluar dimana bagi kucing-kucing
dan anjing-anjing tersebut lebih banyak yang dilihat dibanding yang kelompok
pertamal. Setelah 19 hari, semua otak dari anjing-anjing & kucing-kucing
tersebut dibedah, dan didapatkan hasil bahwa anjing-anjing dan kucing-kucing
dari kelompok kedua memiliki pertumbuhan otak yang lebih pesat sebesar 22.8 ~35
% dibanding kelompok pertama.
2. Dr David Krech : Bayi-bayi tikus yang baru lahir dibagi menjadi dua
kelompok. Kelompok pertama diletakkan dalam kandang yang terdapat sedikit yang
dapat dilihat, sedikit yang dapat didengar dan sedikit pula yang dapat
dirasakan. Sedangkan kelompok yang kedua diletakkan di dalam kandang yang
terdapat banyak yang dapat dilihat, banyak yang dapat didengar dan banyak yang
dapat dirasakan serta juga dilengkapi dengan berbagai mainan. Setelah beberapa
pekan kemudian dilakukan test, yaitu beberapa makanan tikus diletakkan di dalam
labirin-labirin. Hasil test percobaan itu menunjukkan bahwa tikus-tikus dari
kelompok pertama tidak ada yang dapat mencapai makanan tersebut. Sedangkan
tikus-tikus dari kelompok kedua dapat menemukan makanan tersebut dengan mudah
dan cepat. Dan setelah dilakukan pembedahan otak dari kedua kelompok tikus
tersebut diketahui bahwa otak dari tikus kelompok kedua tampak lebih besar dan
berkembang. Sedangkan otak dari tikus kelompok pertama menunjukkan hasil yang
sebaliknya.
B. Faktor gizi
Seperti kita
ketahui bersama bahwa faktor gizi sangat berperan dalam menunjang pertumbuhan
dan perkembangan tubuh manusia. Pada bayi yang baru lahir ASI adalah
satu-satunya sumber gizi yang sangat sempurna untuk memenuhi kebutuhan zat gizi
sesuai tahapan tumbuh kembang bayi. ASI merupakan sumber asam lemak esensial
yang nantinya dalam tubuh bayi akan diubah menjadi AA (Asam Arakhidonat) &
DHA (Asam Dokosaheksanoat) yang berfungsi untuk pematangan sel-sel syaraf dalam
otak sehingga berperan penting dalam pembentukan jaringan sel syaraf. Selain
ASI berbagai macam zat makanan bergizi juga sangat berperan dalam menunjang
perkembangan anak.(diakses pada
http://pri82yogya.blogspot.com, Priyanto Raharjo)
0 komentar:
Posting Komentar