Minggu, 21 April 2013


II. PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Kognitif Anak Usia 3 – 4 Tahun
2.1.1 Kognitif Pada Anak Usia 3-4 Tahun Berdasarkan Teori Piaget
Menurut piaget dalam teori perkembangan kognitifnya menyatakan bahwa tahap perkembangan kognitif anak itu terbagi menjadi 4 tahap yaitu 1. Tahap Sensori Motor, 2. Tahap Praoperasional, 3. Tahap Konkret Operasional, Dan yang ke  4. Tahap Formal Operasional. Anak usia 3- 4 tahun berdasarkan teori piaget ini termasuk kedalam tahap yang 2 yaitu tahap pra-operasional Pada tahap ini anak mulai menunjukkan proses berpikir yang lebih jelas (berpikir simbolis ).
Berpikir simbolis yaitu pemikiran dengan menggunakan symbol atau benda, berkembang suatu anak  mulai suka meniru sesuatu.  Anak mulai mengenali beberapa symbol dan tanda termasuk bahasa dan gambar. Anak menunjukkan kemampuannya melakukan permainan simbolis. Misalnya ia pura- pura minum dari sebuah cangkir mainan yang kosong, menggerakkan balok kayu sambil menirukan bunyi mobil seakan- akan balok itu adalah mobil. Dengan demikian anak sudah menggunakan memorinya tentang “ mobil” dan menggunakan balok untuk mengekspresikan pengetahuan itu.
Penguasaan bahasa anak pada tahap ini sudah sistematis, anak sudah mampu melakukan permainan simbolis, imitasi( baik langsung maupun tertunda ), serta mampu mengantisipasi apa yang akan terjadi pada waktu mendatang. Namun demikian, cara berpikir anak masih sangat egosentrik; anak belum mampu mengambil persfektif orang lain, baik secara perseptual, emosional-motivasional, dan konseptual.
Ciri khas dari tahap ini kurangnya kemampuan mengadakan konservasi pada anak; cara berpikirnya memusat pada satu dimensi saja, serta mengabaikan dimensi lainnya. Disamping itu cara berpikir pra oprasional tidak dapat dibalik dan terarah statis.
Contoh;
Anak pada usia 2 tahun akan mulai dapat mengucapkan berbagai kata terlepas dari kemampuannya memahami kata yang diucapkan.menurut Lev Vygotsky (1971) dikutip oleh suyanto,2005. Menyatakan bahasa dan pikiran pada mulanya berbeda asal. Kemudian pada akhirnya bahasa merupakan ekspresi dari pikiran. Pada usia 4-5 tahun anak semakin menunjukkan kemampuan untuk berbicara, terutama dengan teman sebayanya. Di TK sering anak seusia ini berkumpel dan bercakap- cakap serius. Akan tetapi kalu dicermati percakapan mereka lebih bersifat “ kolektif monolog “, artinya tak lebih dari percakapan searah ( monolog bukan dialog ). Misalnya Budi berkata, “ ayah saya beli sepeda baru”. Lalu si B menimpali, “ ayahku punya tas besar sekali”; dan si C menambahkan, “ ayahku mau ngajak saya pergi memancing ikan”. Percakapan tersebut tidak ada kaitannya satu sama lain. Tetapi hal ini penting artinya sebagai awal sosialisasi anak.
Perlu diketahui dua titik penting teori Piaget. Pertama, Piaget menyadari bahwa anak-anak melewati tahapan ini dengan kecepatan yang berbeda-beda, oleh karena itu dia mengingatkan pentingnya pendekatan pada usia-usia yang terkait dengan mereka. Bagaimanapun dia menekankan bahwa anak-anak berpindah melalui tahap-tahap ini dalam suatu urutan yang tidak berubah, dalam urutan sama.
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberi label “burung” adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label “burung” adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung si anak .
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistim kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap berikutnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisi dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.(diakses padahttp://id.wikipedia.org).


2.1.2 Aspek-aspek Perkembangan Kognitif Anak
Bertitik tolak dari gambaran umum tentang fase-fase perkembangan kognitif tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa perkembangan kognitrf anak usia 3-4 tahun dalam fase praoperasional vang menckup tiga aspek, yaitu:

1. Berpikir Simbolis
Aspek berpikir simbolis yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan peristiwa walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak.

2. Berpikir Egosentris
Aspek berpikir secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak benar, setuju atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak belum dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang lain.

3. Berpikir lntuitif
Fase berpikir secara intuitif, yaitu kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu, seperti menggambar atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan untuk melakukannya.

2.1.3 Karakteristik Perkembangan Kognitif Anak 2- 5 Tahun
A. Karakteristik Kognitif Anak Usia 2 – 3 Tahun
Kemampuan kognitif anak usia 2 – 3 tahun semakin kompleks. Perkembangan anak usia 2 – 3 tahun ditandai dengan beberapa tahap kemampuan yang dapat dicapai anak, yaitu sebagai berikut :

1. Berpikir simbolik.
Anak usia 2 tahunan memiliki kemampuan untuk menggunakan simbol berupa kata-kata, gambaran mental atau aksi yang mewakili sesuatu. Salah satu bentuk lain dari berpikir simbolik adalah fantasi, sesuatu yang dapat digunakan anak ketika bermain. Mendekati usia ketiga, kemampuan anak semakin kompleks, dimana anak sudah mulai menggunakan obyek subtitusi dari benda sesungguhnya. Misalnya anak menyusun bantal- bantal sehingga menyerupai mobil dan dianggapnya sebagai mobil balap.

2. Mengelompokkan, mengurut dan menghitung.
Pada tahun ketiganya, anak sudah dapat mengelompokkan mainannya berdasarkan bentuk, misalnya membedakan kelompok mainan mobil-mobilan dengan boneka binatang. Selain mengelompokkan, anak juga mampu menyusun balok sesuai urutan besarnya dan mengetahui perbedaan antara satu dengan beberapa (kemampuan menghitung).

3. Meningkatnya kemampuan mengingat.
Kemampuan mengingat anak akan meningkat pada usia 8 bulan hingga 3 tahun. Sekitar usia 2 tahun, anak dapat mengingat kembali kejadian-kejadian menyenangkan yang terjadi beberapa bulan sebelumnya. Mereka juga dapat memahami dan mengingat dua perintah sederhana yang disampaikan bersama-sama. Memasuki usia 2,5 hingga 3 tahun, anak mampu menyebutkan kembali kata-kata yang terdapat pada satu atau dua lagu pengantar tidur.

4. Berkembangnya pemahaman konsep.
Ketika mencapai usia 18 bulan, anak memahami waktu untuk pertama kalinya yaitu pemahaman “sebelum” dan “sesudah”. Selanjutnya pemahaman “hari ini”. Pada usia 2,5 tahun, anak mulai memahami pengertian “besok”, disusul dengan “kemarin” dan pengertian hari-hari selama seminggu di usia 3 tahun.

5. Puncak perkembangan bicara dan bahasa.
Pada usia sekitar 36 bulan, perbendaharaan kata anak dapat mencapai 1000 kata dengan 80% kata-kata tersebut dapat dipahaminya. Pada usia ini biasanya anak mulai banyak berbicara mengenai orang-orang di sekelilingnya, terutama ayah, ibu dan anggota keluarga lainnya.
(Diakses http.viliajeny.blogspot.com. )

B. Karakteristik Kognitif Anak Usia 3-5tahun
 1. Berpikir secara simbolik
Anak Usia 3-5 Tahun, adalah anak pada masa Pra operasional Kongkrit, artinya bahwa mereka memilik kemampuan menghadirkan secra mental atau simbolis objek kongrit atau nyata, tindakan, dan peristiwa. Mereka hanya percaya pada kinerja konkret objek bukan gagasan.

2. Memahami kelestarian Bilangan
Kelestarian adalah kemampuan untuk memahami bahwa zat zat dan benda benda itu tetap sama terlepas dari perubahan bentuk atau perubahan susunan dalam ruang.

3. Berpikir Semi Logis.
Pemikiran dan penalaran anak anak pada usia ini adalah semi logis karena penalaran logika mereka terbatas.Anak anak usia 3 – 5 tahun tidak mampu mengingat lebih dari pada satu hubungan dalam suatu waktu.
(Diakses http://leekhaflanella.multiply.com)

2.1.4 Faktor – Faktor Pengembangan Kognitif Anak 3- 4 Tahun
1. Faktor Internal
A. Faktor orang tua ( ibu )
1.Berdasarkan penelitian dari Dr. Norma R. (USA) : 28 bayi yang baru lahir ( 1 minggu) dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok A adalah ibu yang menghabiskan waktu dengan bayinya sehari selama minimal 5 jam selain waktu menyusui. Sedangkan kelompok B adalah ibu yang menghabiskan waktu dengan bayinya sehari selama 30 menit (pada waktu menyusui ). Dr. Norma terus melakukan pengamatan sampai bayi-bayi tersebut menjelang usia masuk SD. Dan hasilnya menunjukkan bahwa ‘knowledge’ bayi-bayi kelompok ‘excellent’ / lebih baik daripada bayi-bayi kelompok B.?
2.Dr. Glenn Doman (Institutes for the Achievement of Human Potential) mengatakan, bahwa institut yang dibawahinya hanya membantu orang tua dalam pelaksanaan pemberian stimulasi kepada anak. Yang mana yang menjadi target pembelajaran sesungguhnya adalah para orang tua. Karena kunci keberhasilan dari berlangsungnya stimulasi terletak di tangan para orang tua.?
3.Hasil dari penelitian bahwa, anak-anak yang sering dibacakan buku cerita dengan dipangku oleh ibu memiliki daya tangkap dan ingatan yang lebih baik dibandingkan anak-anak yang jarang dibacakan buku cerita dengan dipangku dan dipeluk oleh ibunya.
4.Oofuka Masaru : Ibu sangat berperan penting dalam pemberian stimulasi kepada anak, karena anak lebih peka dan cepat dalam menangkap bahasa ibu, gerakan ibu dan suasana hati ibu. Sentuhan dan pelukan serta kebersamaan dengan anak merupakan modal utama dalam pemberian stimulasi. Karena itulah hampir pada semua pusat terapi anak autis di Jepang, pemberian terapi kepada anak tidak dilakukan oleh ahlinya, tetapi harus oleh orang tuanya sendiri. Jadi setiap kali waktu terapi, para ahli hanya mengajarkan materi kepada orang tua, baru kemudian orang tua yang melakukan terapi kepada anaknya sendiri. Karena hasil penelitian membuktikan bahwa anak yang diterapi oleh orang tuanya sendiri akan menunjukkan kemajuan lebih baik daripada terapi yang dilakukan oleh orang lain, walau terapis ahli sekalipun.
2. Faktor Eksternal.
A.lingkungan
1. Dr. Boris Klosovskii (neurosurgeon, neurophysiologist) : Bayi kucing dan bayi anjing yang baru lahir dibagi menjadi 2 kelompok. Pada kelompok pertama kucing-kucing dan ajing-anjing tersebut dibiarkan tumbuh dan besar secara alami, sebagaimana kucing-kucing dan anjing-anjing lainnya. Sedangkan pada kelompok kedua kucing-kucing dan anjing-anjing tersebut ditaruh dalam suatu meja yang berputar pelan, dan ditaruh diluar dimana bagi kucing-kucing dan anjing-anjing tersebut lebih banyak yang dilihat dibanding yang kelompok pertamal. Setelah 19 hari, semua otak dari anjing-anjing & kucing-kucing tersebut dibedah, dan didapatkan hasil bahwa anjing-anjing dan kucing-kucing dari kelompok kedua memiliki pertumbuhan otak yang lebih pesat sebesar 22.8 ~35 % dibanding kelompok pertama.
2. Dr David Krech : Bayi-bayi tikus yang baru lahir dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama diletakkan dalam kandang yang terdapat sedikit yang dapat dilihat, sedikit yang dapat didengar dan sedikit pula yang dapat dirasakan. Sedangkan kelompok yang kedua diletakkan di dalam kandang yang terdapat banyak yang dapat dilihat, banyak yang dapat didengar dan banyak yang dapat dirasakan serta juga dilengkapi dengan berbagai mainan. Setelah beberapa pekan kemudian dilakukan test, yaitu beberapa makanan tikus diletakkan di dalam labirin-labirin. Hasil test percobaan itu menunjukkan bahwa tikus-tikus dari kelompok pertama tidak ada yang dapat mencapai makanan tersebut. Sedangkan tikus-tikus dari kelompok kedua dapat menemukan makanan tersebut dengan mudah dan cepat. Dan setelah dilakukan pembedahan otak dari kedua kelompok tikus tersebut diketahui bahwa otak dari tikus kelompok kedua tampak lebih besar dan berkembang. Sedangkan otak dari tikus kelompok pertama menunjukkan hasil yang sebaliknya.
B. Faktor gizi
Seperti kita ketahui bersama bahwa faktor gizi sangat berperan dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia. Pada bayi yang baru lahir ASI adalah satu-satunya sumber gizi yang sangat sempurna untuk memenuhi kebutuhan zat gizi sesuai tahapan tumbuh kembang bayi. ASI merupakan sumber asam lemak esensial yang nantinya dalam tubuh bayi akan diubah menjadi AA (Asam Arakhidonat) & DHA (Asam Dokosaheksanoat) yang berfungsi untuk pematangan sel-sel syaraf dalam otak sehingga berperan penting dalam pembentukan jaringan sel syaraf. Selain ASI berbagai macam zat makanan bergizi juga sangat berperan dalam menunjang perkembangan anak.(diakses pada http://pri82yogya.blogspot.com, Priyanto Raharjo)

0 komentar:

Posting Komentar