A.Pengertian
Kognitif
Kognitif
adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susuanan syaraf pada
waktu manusia sedang berfikir (Gagne, 1976). Kemampuan kognitif ini
perkembangan fisik dan syarat-syarat yang berada di pusat syaraf. Salah satu
teori yang berpengaruh dalam menjelaskan perkembangan kognitif.
Jean Piaget, yang hidup dari tahun 1896 sampai tahun 1980, adalah seorang ahli biologi dan psikologi berkebangsaan Swiss. Ia merupakan salah seorang yang memmuskan teori yang dapat menjelaskan fase-fase perkembangan kognitif. Teori ini dibangun berdasarkan dua sudut pandang yang disebut sudut pandang aliran struktural (structuralism) dan aliran konstruktif (constructivism).
Aliran struktural yang mewarnai teori Piaget dapat dilihat dari pandangannya tentang inteligensi yang berkembang melalui serangkaian tahap perkembangan yang ditandai oleh perkembangan kualitas struktur kognitif. Aliran konstruktif terlihat dari pandangan Piaget yang menyatakan bahwa, anak membangun kemampuan kognitif melalui interaksinya dengan dunia di sekitarnya. Dalam hal ini, Piaget menyamakan anak dengan peneliti yang selalu sibuk membangun teori-teorinya tentang dunia di sekitarnya, melalui interaksinya dengan lingkungan di sekitarnya. Hasil dari interaksi ini adalah terbentuknya struktur kognitil, atau skemata (dalam bentuk tunggal disebut skema) yang dimulai dari terbentuknya struktur berpikir secara logis, kemudian berkembang meqjadi suatu generalisasi (kesimpulan umum).
Jean Piaget, yang hidup dari tahun 1896 sampai tahun 1980, adalah seorang ahli biologi dan psikologi berkebangsaan Swiss. Ia merupakan salah seorang yang memmuskan teori yang dapat menjelaskan fase-fase perkembangan kognitif. Teori ini dibangun berdasarkan dua sudut pandang yang disebut sudut pandang aliran struktural (structuralism) dan aliran konstruktif (constructivism).
Aliran struktural yang mewarnai teori Piaget dapat dilihat dari pandangannya tentang inteligensi yang berkembang melalui serangkaian tahap perkembangan yang ditandai oleh perkembangan kualitas struktur kognitif. Aliran konstruktif terlihat dari pandangan Piaget yang menyatakan bahwa, anak membangun kemampuan kognitif melalui interaksinya dengan dunia di sekitarnya. Dalam hal ini, Piaget menyamakan anak dengan peneliti yang selalu sibuk membangun teori-teorinya tentang dunia di sekitarnya, melalui interaksinya dengan lingkungan di sekitarnya. Hasil dari interaksi ini adalah terbentuknya struktur kognitil, atau skemata (dalam bentuk tunggal disebut skema) yang dimulai dari terbentuknya struktur berpikir secara logis, kemudian berkembang meqjadi suatu generalisasi (kesimpulan umum).
B. Fase-fase Perkembangan
Kognitif
Menurut Piaget
Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat kumulatif. Artinya,
perkembargan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya. Dengan
demikian, apabila teriadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka
perkembangan selaniutnya akan memperoleh hambatan. Piaget membagi perkembangan
kognitif ke dalam empat fase, yaitu fase sensorimotor, fase praoperasional,
fase operasi konkret, danfaseoperasi formal (Piaget, 1972: 49-91).
1. Fase Sensorimotor (usia 3 - 4
tahun)
Pada masa dua
tahun kehidupannya, anak berinteraksi dengan dunia di sekitarnya, terutama
melalui aktivitas sensoris (melihat, meraba, merasa, mencium, dan mendengar)
dan persepsinya terhadap gerakan fisik, dan aknvitas yang berkaitan dengan
sensoris tersebut. Koordinasi aktivitas ini disebut dengan istilah
sensorimotor.
Fase
sensorimotor dimulai dengan gerakan-gerakan refleks yang dimiliki anak sejak ia
dilahirkan. Fase ini berakhir pada usia 2 tahun. Pada masa ini, anak mulai
membangun pemahamannya tentang lingkungannya melalui kegiatan sensorimotor,
seperti menggenggam, mengisap, melihat, melempar, dan secara perlahan ia mulai
menyadari bahwa suatu benda tidak menyatu dengan lingkungannya, atau dapat
dipisahkan dari lingkungan di mana benda itu berada. Selanjutnya, ia mulai
belajar bahwa benda-benda itu memiliki sifat-sifat khusus.
Keadaan ini mengandung arti, bahwa anak telah mulai membangun pemahamannya terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan hubungan kausalitas, bentuk, dan ukuran, sebagai hasil pemaharnannya terhadap aktivitas sensorimotor yang dilakukannya.
Keadaan ini mengandung arti, bahwa anak telah mulai membangun pemahamannya terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan hubungan kausalitas, bentuk, dan ukuran, sebagai hasil pemaharnannya terhadap aktivitas sensorimotor yang dilakukannya.
Pada akhir usia
3 tahun, anak sudah menguasai pola-pola sensorimotor yang bersifat kompleks,
seperti bagaimana cara mendapatkan benda yang diinginkannya (menarik,
menggenggam atau meminta), menggunakan satu benda dengzur tujuan yangb erbeda.
Dengan benda yanga da di tangannya,ia melakukan apa yang diinginkannya.
Kemampuan ini merupakan awal kemampuan berpilar secara simbolis, yaitu
kemampuan untuk memikirkan suatu objek tanpa kehadiran objek tersebut secara
empiris.
2. Fase Praoperasional (usia 5 - 6 tahun)
Pada fase
praoperasional, anak mulai menyadari bahwa pemahamannya tentang benda-benda di
sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan sensorimotor, akan
tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Kegiatan
simbolis ini dapat berbentuk melakukan percakapan melalui telepon mainan atau
berpura-pura menjadi bapak atau ibu, dan kegiatan simbolis lainnva Fase ini
rnemberikan andil yang besar bagi perkembangan kognitif anak. Pada fase praoperasional,
anak trdak berpikir secara operasional yaitu suatu proses berpikir yang
dilakukan dengan jalan menginternalisasi suatu aktivitas yang memungkinkan anak
mengaitkannya dengan kegiatan yang telah dilakukannya sebelumnya. Fase ini
merupakan rlasa permulaan bagi anak untuk membangun kenrampuannya dalam
menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada fase ini belum
stabil dan tidak terorganisasi secara baik. Fase praoperasional dapat clibagi
ke dalam tiga subfase, yaitu subfase fungsi simbolis, subfase berpikir secara
egosentris dan subfase berpikir secara intuitif.
Subfase fungsi
simbolis terjadi pada usia 5 – 6 tahun. Pada masa ini, anak telah memiliki
kemampuan untuk menggarnbarkan suatu objek yang secara fisik tidak
hadir.Kemampuan ini membuat anak dapat rnenggunakan balok-balok kecil untuk
membangun rumah-rumahan, menyusun puzzle, dan kegiatan lainnya.Pada masa ini,
anak sudah dapat menggambar manusia secara sederhana. Subfase berpikir secara
egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun. Berpikir secara egosentris ditandai
oleh ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau cara berpikir orang
lain. Benar atau tidak benar, bagl anak pada fase ini, ditentukan oleh cara
pandangnya sendiri yang disebut dengan istilah egosentris.
C. Aspek-aspek Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini (TK)
Bertitik tolak
dari gambaran umum tentang fase-fase perkembangan kognitif tersebut di atas,
maka dapat diketahui bahwa perkembangan kognitrf anak usia taman kanak-kanak
(PAUD) berada dalam fase praoperasional vang menckup tiga aspek, yaitu:
1. Berpikir Simbolis
Aspek berpikir
simbolis yaitu kemampuan untuk berpikir tentang objek dan peristiwa walaupun
objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak.
2. Berpikir Egosentris
Aspek berpikir
secara egosentris, yaitu cara berpikir tentang benar atau tidak benar, setuju
atau tidak setuju, berdasarkan sudut pandang sendiri. Oleh sebab itu, anak
belum dapat meletakkan cara pandangnya di sudut pandang orang lain.
3. Berpikir lntuitif
3. Berpikir lntuitif
Fase berpikir
secara intuitif, yaitu kemarnpuan untuk menciptakan sesuatu, seperti menggambar
atau menyusun balok, akan tetapi tidak mengetahui dengan pasti alasan untuk
melakukannya.
D. Prinsip.prinsip Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini 5-6 tahun
Perkembangan
kognitif anak pada hakikatnya merupakan hasil proses asimilasi (assimilation),
akomodasi (accommodation) dan ekuilibrium (equilibrium)
1.. Asimilasi dan Akomodasi
Asimilasi
berkaitan dengan proses penyerapan informasi baru ke dalam informasi yang telah
ada di dalam schemata (struktur kognitif) anak. Akomodasi adalah proses
menyatukan informasi baru dengan informasi yang telah ada di dalam skemata,
sehingga perpaduan antara informasi tersebut memperluas skemata anak. Sebagai
contoh, seorang anak yang baru pertama kali diberi jeruk oleh ibunya, ia tidak
tahu bahwa buah yang diberikan kepadanya itu bernana.jeruk. pengetahuannya
bahwa buah itu bernama jeruk karena diberi tahu oleh ibunya. Pada waktu itu, anak
telah mempunvai skemata tenlang. Jeruk, yaitu bentuknya yang bulat dan namanya.
Setelah itu, anak tersebut menggenggam. Jeruk
dan menggitnya. pada saat yang bersamaan ibunya mengatakan, "Savang jeruk
dikupas dulu baru dapat dimakan." lalu ibunya memperlihatkm cara mengupas
jeruk dan memberikan jeruk yang sudah dikupas itu kepada anaknya. Pada fase ini
terjadi proses asimilasi, yaitu proses penyerapan informasi baru ke dalam
informasi yang telah ada di dalam skemata anak sehingga anak memahami bahwa
jeruk harus dikupas dahulu, baru dapat dimakan. Pada ntuhap ini, telah terjadi
proses akomodasi karena pengetahuan anak tentang jeruk telah diperluas, yaitu
jeruk kalau hendak dimakan harus dikupas terlebih dahulu.
2. Ekuilibrium
Ekuilibrium
berkaitan dengan usaha anak untuk mengatasi konflik yang teerjadi dalam dirinya
pada waktu ia menghadapi suatu masalah. Untuk memecahkan masalah tersebut, ia
menyeimbangkan informasi yang baru, yang berkaitan dengan masalah yang
dihadapinya dengan informasi yang telah ada di
dalam skematanya secira dinamis. Sebagai contoh, pada waktu anak diberi buah lain yang berkulit, maka anak akan menyeirnbangkan pengetahuannya tentang jeruk dengan cara-cara yang harus dilakukannya agar buah tersebut dapat dimakan.
dalam skematanya secira dinamis. Sebagai contoh, pada waktu anak diberi buah lain yang berkulit, maka anak akan menyeirnbangkan pengetahuannya tentang jeruk dengan cara-cara yang harus dilakukannya agar buah tersebut dapat dimakan.
E.
Karakteristik Kognitif Anak Usia 5-6
Tahun
Anak berusia antara 5-6 tahun sedang berada pada akhir dari
bagian awal masa kanak-kanaknya. Karakteristik khusus bagi anak dalam kelompok
usia 5-6 tahun adalah:
Perkembangan
kemampuan fisik
Pada usia ini anak menunjukkan keingintahuan yang besar dan
aktif. Dia bisa mengatur gerakan badannya dengan lebih baik dan lebih luwes.
Anak juga bisa berjalan jinjit mundur dan berjalan mundur dengan tumitnya. Dia
juga bisa berlari dengan cepat, meloncat, berlari dengan satu kaki. Anak pada
sia ini sudah bisa mencuci tanganya sendiri tanpa membasahi bajunya, berpakaian
dan mengikat tali sepatunya sendiri. Koordinasi motorik yang baik berkembnag
smapai si anak dapat mencontoh segitiga dan belah ketupat. Mereka mulai dapat
menulus beberapa huruf dan angka dan menuliskan namanya dengan benar. Anak juga
dapat menggambar benda hidup.
Penglihatan
Anak usia 5-6 tahun dapat menguasai indera peraba,
pendengaran dan penglihatan hampir sebaik orang dewasa.
Perkembangan kemampuan bahasa
Perkembangan bahasa berlangsung dengan cepat dan membantu
anak untuk mengemukakan pikiranya. Kosa kata anak meningkat samapi 8000-14000
kata pada usia 6 tahun. Kata Tanya (kenapa, siapa, dimana, dan kapan)lebih
banyak digunakan sehingga anak pada usia ini cenderung banyak bertanya.
Perkembangan kemampuan sosial
Anak usia 5-6 tahun menunjukkan lebih banyak kemampuan
sosial. Hal ini dapat dilihat dari cara bermain anak yang lebih terarah dan
mampu bekerja sama dalam bermain. Anak senang bermain bersama dan tolong
menolong dalam mencapai keinginan tertentu. Ada kecenderungan tolong menolong
ini dalam bermain dan kegiatan lainya. Anak usia ini lebih siap untuk berpisah
beberapa jam dari orangtuanya dibandingkan dengan anak yang lebih muda dari
itu. Anak sudah mampu berbagi dengan oranglain, mampu bertenggang rasa, sabar
menunggu giliranya,dan mampu menerima tabggung jawab yang ringan.
Perkembangan Emosional
Emotional intelligence (kecerdasan emosi) adalah suatu
tingkst kepandaian dalam memahami emosi oranglain dan mengatur emosinya
sendiri, seperti misalnya mampu memptivasi diri sendiri dan tahan menghadapi
rasa frustasi, mengontrol gerak hati dan menunda kegembiraan, mengatur untuk
tetapa berpikir,berempati (mampu membayangkan dan merasakan perasaan oranglain)
dan berharap. (Goleman,1995)
Pada anak usia ini, kosa kata anak yang berhubungan dengan
emosi meningkat secara bertahap, sehingga mereka mengenal lebih banyak variasi
ekspresi oranglain. Bersamaan dengan itu anak juga belajar ekspresi emosi
dirinya.
Perkembangan kepribadian
Selain karena faktor keturunan, lingkungan juga mempengaruhi
perkembangan kepribadian anak. Anak mempelajari berbagai perilaku sosial dari
contoh-contoh yang dilihatnya. Selain itu, pada usia ini anak tidak hanya
belajar tingkah laku tang kelihatan jelas, tapi juga dapat mempelajari gagasan,
harapan, dan nilai-nilai. Anak dapat mempelajari hal-hal apa saja yang boleh
dan tidak boleh.
Penting untuk diperhatikan bahwa setiap anak itu unik,
mereka tumbuh menurut lajunya masing-masing. Dan tidak semua aspek perkembangan
tersebut diatas tumbuh bersamaan atau berurutan sehingga hal yang wajar jika
terjadi variasi dalam perkembangan anak. Agar menjadi perhatian para orangtua
atau pendidik bahwa kwgiatan dalam mendidik anak usia dini harus direncanakan
dengan mempertimbangkan karakteristik anak seperi yang telah disebutkan diatas.
F.
Pengertian Daya Pikir dan Daya Cipta Dalam Kognitif Anak 5-6 Tahun
1.
Daya pikir
Daya pikir disebut juga sebagai kemampuan kognitif sering
diartikan sebagai daya atau kemampuan seorang anak untuk berfikir dan
mengamati, melihat hubungan-hubungan, kegiatan yang mengakibatkan seorang anak
memperoleh pengetahuan baru yang banyak didukung oleh kemampuannya bertanya.
Berk (1991:207) menerangkan bahwa kemampuan kognitif
menunjuk kepada proses dan produk dari dalam akal ;pikiran manusia yang
membawanya untuk tahu. Dalam hal ini termasuk semua kegiatan mental manusia
yang meliputi: mengingat, menghubungkan, menggolongkan, memberikan symbol,
mengkhayal, memecahkan masalah, mencipta dan membayangkan kejadian dan mimpi.
2.
Daya Cipta
Daya cipta disebut juga sebagai kreativitas. Banyak definisi
tentang daya cipta atau kreativitas yang diajukan oleh para ahli yang satu sama
lain memiliki sudut pandang sendiri-sendiri. Namun para ahli sebenarnya telah
mengembangkan pengertian kreativitas dalam bentuk pengertian popular dan makna
psikologis (Hurlock, 1978).
G. Tujuan
dan Fungsi Pengembangan Daya Pikir dan Daya Cipta
Daya Pikir
Daya
pikir perlu dikembangkan sedini mungkin karena apa yang diperoleh pada suatu
periode akan sangat membantu penembangan daya pikir pada periode selanjutnya.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1997) telah menetapkan tujuan dan fungsi
pengembangan daya pikir di TK yakni sebagai berikut:
a. Tujuan
Tujuan
pengembangan daya pikir adalah agar anak mampu menghubungkan pengetahuan baru
yang diperolehnya. Tujuan tersebut secara rinci adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan kemampuan berpikir
logis dan pengetahuan akan ruang dan waktu
2. Anak mampu mengembangkan
pengetahuan yang sudah diketahui dengan pengetahuan baru yang diperolehnya
3. Mengembangkan kemampuan memahami
sesuatu dengan cara melihat bermacam-macam hubungan antara satu objek dengan
objek lain berdasarkan perbedaan dan persamaan
4. Mengembangkan imajinasi melalui
bermacam-macam kegiatan
5. Memberi kesempatan untuk mengolah
lingkungan dan membangun dunianya secara aktif
6. Agar anak dapat menghargai dan
mencintai isi alam sebagai ciptaan Tuhan
b. Fungsi
1. mengenalkan lingkungan sekitar
kepada anak, manfaat serta bahayanya
2. melatih agar anak mampu
menggunakan panca inderanya untuk mengenal lingkungannya
3. memberi kesempatan pd anak untuk
mengamati dan mengolah lingkungan atau dunianya secara aktif sesuai dengan
kemampuan anak
4. mengenal konsep bilangan dan
benda-benda
5. memberi kesempatan kepada anak
untuk melakukan kegiatan “bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain”
6. melatih anak berpikir logis
Daya Cipta
Tujuan
1. Mengembangkan imajinasi dan
kreatifitas anak
2. Memberi kesempatan pada anak
untuk menciptakan sesuatu sesuai dengan kreatifitasnya
3. Anak dapat menghargai hasil
karyanya
Fungsi
1. Mengenalkan berbagai hasil karya
seni dan kreatifitas pada anak
2. Memberi kesempatan pada anak
untuk mengeksplorasi benda-benda yang ada disekitarnya
3. Melatih anak berpikir kreatif
H. lmplikasi Perkembangan Kognitif dalam Proses Pembelajaran yang Efektif di Taman Kanak-Kanak
1. Aktivitas di dalam proses belajar-mengajar hendaknya ditekankan pada pengembangan struktur kognitif,
melalui pemberian kesempatan pada anak untuk memperoleh pengalaman langsung dalam berbagai aktivitas pembelajaran
yang sesuai dengan pembelajaran terpadu dan mengandung makna, seperti membuat bangunan dari balok, mengamati perubahan yang terjadi di lingkungan anak
(turnbuh-tumbuhan, binatang, air), menggambar, menggunting, dan lain-lain yang
dikaitkan dengan pengembangan dasar-dasar pengetahuan alam atau matematika dan pengembangan bahasa, baik bahasa lisan maupun membaca dan menulis.
2 Memulai kegiatan dengan membuat konflik dalam pikiran anak. Misalnya,
memberikan. jawaban yang salah untuk memotivasi anak memikirkan dan mengemuk akan jawaban yang benar.
3 Memberi kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya. Misalnya,
mengubah obiek-objek yang disajikan secara nyata kedalam bentuk lain, misalnya gambar.
4. Melakukan kegiatan tanya jawab yang dapat mendorong anak untuk berpikir dan mengemukakan pikirannya.
http://elearning.unesa.ac.id/myblog/nur-ardisti/fase-perkembangan-kognitif-anak-usia-dini
(diakses tanggal 17 maret 2012)
Bukanlah hal yang susah, sekarang
ini sudah banyak cara yang lebih mudah lagi untuk menumbuhkan motivasi belajaranak, asalkan kita mau berusaha, selain ini juga banyak
faktor-faktor yang mempengaruhi keingianan belajar anak, keinginan baca anak,
tinggal kita sebagai orang tua/kakak harus mengenal dia terlebih dahulu
seperti,benda apa yang ia suka atau permaianan apa yang dia suka. Adapun cara mendidik anak supaya pintar yaitu
dengan cara :
Bermain musik
Cara ini dapat merangsang
pertumbuhan otak kanan. Dan dari studi yang dilakukan oleh universitas Toronto,
ini dapat meningkatkan IQ dan nilai akademis anak. Bintang pernah membaca
sebuah artikel kenapa orang zionis israel menjadi pintar. Salah satunya adalah
sejak masih dini mereka sudah dilatih konsentrasinya dengan bermain Piano.
Mengembangkan rasa ingin tahu anak
Pendidikan yang sukses karena anak
pintar selalu ingin tahu akan hal baru. Maka daripada itu sejak kecil biasakan
anda sebagai orang tua harus selalu menunjukkan rasa ingin tahu kepada anak.
Dengan begitu anda tidak perlu menyuruh anak untuk belajar ini itu. Karena dia
sendiri yang akan penasaran. Otomatis dengan semakin banyak yang dia pelajari
akan membuatnya menjadi pintar.
Budayakan membaca
Dengan kegiatan membaca akan dapat
meningkatkan ilmu pengetahuan dan perkembangan kognitif anak. Lalu bagaimana
cara untuk melakukannya? Membacakan dongeng untuk anak bisa menjadi salah satu
jalan keluar. Cara lain, berikan anak hadiah sebuah buku yang dapat menarik
perhatiannya.
Apalagi sekarang sudah zaman internet, mengapa tidak gunakan itu senjata dalam mendidik? Internet sudah terbukti cara ampuh untuk membuat orang sering membaca. Tentu saja karena ini untuk pendidikan anak untuk menjadi pintar, harus tetap ditemani oleh Orang Tua.
Apalagi sekarang sudah zaman internet, mengapa tidak gunakan itu senjata dalam mendidik? Internet sudah terbukti cara ampuh untuk membuat orang sering membaca. Tentu saja karena ini untuk pendidikan anak untuk menjadi pintar, harus tetap ditemani oleh Orang Tua.
Mendidik anak pintar yang baik
adalah membuatnya percaya diri dan selalu
optimis bahwa dia bisa melakukan sesuatu. Salah satu cara adalah berpatisipasi
dalam kegiatan olahraga maupun sosial dapat membantunya. Dan jangan sekalipun
mendidik anak sehingga dia menjadi tidak PD. Salah satu contoh adalah Ketika
seorang ibu mengkritik gambar anaknya karena langitnya berwarna merah bukan
biru. Sepertinya hal itu sepele. Tapi itu bukan pendidikan anak yang bagus.
Karena anak jadi takut melakukan sesuatu karena salah. Dan manusia yang tidak
pernah melakukan sesuatu bagaimana mungkin menjadi pintar. Beberapa hal lain
yang dapat membuat anak menjadi pintar adalah dengan tentu saja memberikan ASI,
menyingkirkan makanan cepat saji dan memberikan makanan yang sehat, membiasakan
berolahraga. Mudah-mudahan jika anda mendidik dengan pendidikan seperti cara
diatas, anak bisa menjadi lebih pintar.
4 komentar:
sangat bermanfaat untuk nambah pngtahuan, syukron ,, :)
bgus blog ny,,, :)
maaf, bisakah anda mencantumkan daftar pustakanya sebagai sumber referensi jika saya ingin melihat sumber tulisan aslinya?
lebih baik lagi dilengkapi dengan gambar gambar
terima kasih
Posting Komentar