I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebagai pendidik anak usia dini khususnya anak usia taman
kanakkanak, kita perlu mengetahui siapa anak yang akan dihadapi dan bagaimana
karakteristik yang dimiliki mereka. Batasan tentang masa anak ditemukan cukup
bervariasi. Dalam pandangan mutakhir yang lajim dianut di negara maju, istilah
anak usia dini (early childhood) adalah anak yang berkisar antara usia 0-8
tahun. Namun bila dilihat dari jenjang pendidikan yang berlaku di Indonesia,
maka yang termasuk dalam kelompok anak usia dini.
Anak taman kanak-kanak adalah anak yang sedang berada
dalam rentang usia 4-6 tahun, yang merupakan sosok individu yang sedang berada
dalam proses perkembangan. Perkembangan anak merupakan proses perubahan
perilaku dari tidak matang menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks,
suatu proses evolusi manusia dari ketergantungan menjadi makhluk dewasa yang
mandiri. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar
menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek : gerakan, berpikir,
perasaan, dan interaksi baik dengan sesama maupun dengan benda-benda dalam
lingkungan hidupnya.
Proses pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun secara formal
dapat ditempuh di taman kanak-kanak atau radiathul anfal. Dalam
kegiatan belajar mengajar, seorang guru harus menggunakan teori-teori dan
prinsip-prinsip belajar tertentu agar dapat membimbing aktifitas guru dalam
merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Prinsip-prinsip
belajar dapat digunakan untuk mengungkapkan batas-batas kemungkinan dalam
pembelajaran sehingga guru dapat melakukan tindakan yang tepat. Selain itu
dengan teori dan prinsip-prinsip belajar guru juga dapat memiliki dan
mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar siswa
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar kita
sebagai mahasiswa mengetahui dan memahami
seperti apa dan bagaimana asas- asas dalam pembelajaran. Sehingga mudah-
mudahan makalah ini bisa menjadi sumber referensi bagi mahasiswa nantinya.
II.PEMBAHASAN
2.1 . ASAS-ASAS POKOK PENDIDIKAN
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi
dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan
pendidikan. Khusus di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi
arah dalam merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani,
Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar.
1. Asas Tut Wuri
Handayani
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti
dari sitem Among perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini
kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua
semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.
Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan
asas yaitu:
• Ing
Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)
• Ing
Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan
semangat)
• Tut Wuri
Handayani (jika di belakang memberi dorongan)
2. Asas Belajar
Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning)
merupakan sudut pandang dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life
long education). Kurikulum yang dapat meracang dan diimplementasikan dengan
memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan horisontal.
Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah
meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan
keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan.
Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah
yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di
luar sekolah.
3. Asas
Kemandirian dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin
dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan
guru, namun guru selalu suiap untuk ulur tangan bila diperlukan.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan
menempatkan guru dalamperan utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu
pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta
didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).
2.2 ASAS –
ASAS PEMBELAJARAN PAUD
1. Asas Apersepsi
Pembelajaran
dengan memperhatikan pengetahuan dan pengalaman
awal/sebelumnya yang dimiliki anak agar hasil belajar optimal . Kegiatan mental anak dalam mengelolah hasil belajar
dipengaruhi oeh pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. Oleh
sebab itu, pembelajaran yang dilakukan pendidik hendaknya memperhatikan
pengetahuan dan pengalaman awal agar anak dapat mencapai hasil belajar secara
optimal.
Asas apersepsi mengalami dalam proses belajar berarti
menghayati suatu situasi aktual yang sekaligus menimbulkan respons-respon
tertentu dari pihak anak didik sehingga memperoleh perubahan pola tingkah laku
(pematangan dan kedewasaan), perubahan dalam perbendaharaan konsep-konsep
(pengertian) dan kekayaan akan informasi. Asas apersepsi bertujuan
menghubungkan bahan pelajaran yang akan diberikan dengan apa yang telah dikenal
oleh anak didik.
2. Asas Kekongkritan
Pembelajaran
dengan menggunakan berbagai
media dan sumber belajar nyata agar
pembelajaran menjadi bermakna. Melalui
interaksi dengan objek – objek nyata dan pengalaman konkret, pembelajaran perlu
menggunakan berbagai media dan sumber belajar agar apa yang dipelajari anak
menjadi lebih bermakna.
Misalnya : menggunakan gambar binatang, membawa binatang
hidup kedalam kelas, menggunakan media audio,dan media visual.
3. Asas
Motivasi
Pembelajaran
yang dirancang sesuai dengan kebutuhan, minat dan kemauan anak agar anak memiliki dorongan
untuk belajar, asas
motivasi pendidik harus berusaha membangkitkan motivasi anak didiknya sehingga
seluruh perhatian mereka tertuju dan terpusat pada bahan pelajaran yang sedang
disajikan.
Motivasi adalah tenaga yang digunakan untuk menggerakkan
dan mengarahkan aktivitas seseorang. Menurut H.L. Petri, “motivation is the
concept we use when we describe the force action on or within an organism to
initiate and direct behavior”. Motivasi data merupakan tujuan pembelajaran.
Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi
dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa
dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan.
Motivasi erat kaitannya dengan minat.siswa yang memiliki
minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya
dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut.
Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang di anggap penting dalam
kehidupan. Nilai-nilai tersebut mengubah tingkah laku dan motivasinya.
Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari
dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang dari orang lain.
Motivasi dibedakan menjadi dua:
1. Motif intrinsik.
Motif intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai
dengan perbuatan yang dilakukan. Sebagai contoh, seorang siswa dengan
sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran di sekolah karena ingin memiliki
pengetahuan yang dipelajarinya.
2. Motif ekstrinsik.
Motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada diluar
perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyerta. Contohnya siswa belajar
dengan sungguh-sungguh bukan dikarenakan ingin memiliki pengetahuan yang
dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan naik kelas atau mendapatkan
ijazah. Keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah adalah penyerta dari
keberhasilan belajar.
Motif ekstrinsik dapat berubah menjadi motif intrinsik
yang disebut “transformasi motif”. Sebagai contoh, seseorang belajar di Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) karena menuruti keinginan orang tuanya
yang menginginkan anaknya menjadi seorang guru. Mula-mula motifnya adalah
ekstrinsik, yaitu untuk menyenangkan hati orang tuanya,tetapi setelah belajar
beberapa lama di LPTK ia menyenangi pelajaran-pelajaran yang digelutinya dan
senang belajar untuk menjadi guru. Jadi motif pada siswa itu semula ekstrinsik
menjadi intrinsik.
4. Asas Kemandirian
Pembelajaran
yang dirancang untuk
mengembangkan kemandirian anak dan
memecahkan masalah yang
dihadapinya .Kemandirian
merupakan upaya yang dimaksudkan untuk melatih anak dalam memecahkan
masalahnya. Oleh karna itu, pembelajaran hendaknya dirancang untuk
mengembangkan kemandirian anak.
Misalnya
: tata cara makan,menggosok gigi, memakai baju, melepas dan memakai sepatu,
buang air kecil,buang air besar, merapikan mainan setelah dipakai dsb.
5. Asas Kerjasama
(Kooperatif )
Pembelajaran yang dirancang untuk
mengembangkan keterampilan sosial anak
melalui bekerja sama.
Kerja sama menjadi asas karena dengan kerja sama
,keterampilan sosial anak akan berkembang optimal. Oleh sebab itu ,
pembelajaran hendaknya dirancang untuk utuk mengembangkan keterampilan sosial
anak.
Misalnya : bertanggung jawab terhadap kelompok,
menghargai pendapat anak lain, aktif dalam kerja kelompok, membantu anak
lain,dan lain –lain.
6. Asas Perbedaan
Individu
Pembelajaran yang dirancang dengan memperhatikan
perbedaan individu ,
asas yang memperhatikan perbedaan-perbedaan individu,
baik pembawaan dan lingkungan yang meliputi seluruh pribadi anak didik, seperti
perbedaan jasmani, watak, intelegensi, bakat serta lingkungan yang
mempengaruhinya. Aplikasi asas ini adalah guru dapat mempelajari pribadi setiap
anak, terutama tentang kepandaian, kelebihan, serta kekurangan dan memberi
tugas sebatas dengan kemampuannya.
Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang
berbeda satu dengan yang lain. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut
tempo (kecepatan)nya sendiri dan untuk setiap kelompok umur terdapat variasi
kecepatan belajar (Davies, 1987:32). Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan
siswa lain akan membantu siswa menentukan cara belajar dan sasaran belajar bagi
dirinya sendiri.
Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada
dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan
yang lainnya. Perbedaan belajar ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar
siswa. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang
memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di
kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata,
kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.
Pembelajaran klasikal yang mengabaikan perbedaan
individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara, misalnya:
• Penggunaan metode atau strategi belajar-mengajar yang
bervariasi
• Penggunaan metode instruksional
• Memberikan
tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa pandai dan memberikan
bimbingan belajar bagi anak-anak yang kurang
• Dalam memberikan tugas, hendaknya disesuaikan dengan
minat dan kemampuan siswa
Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru
tampak dalam setiap kegiatan perilaku mereka selama proses pembelajaran
berlangsung.
7. Asas Keterpaduan ( Korelasi )
Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan
antara aspek pengembangan satu dengan lainnya saling
berkaitan/terpadu. Kolerasi menjadi
asas karena aspek pengembangan diri anak yang satu dengan aspek pengembangan
diri yang lain saling berkaitan. Oleh sebab itu pembelajaran di anak usia dini
dirancang dan dilaksanakan secara terpadu.
Misalnya : perkembangan bahasa anak berkaitan erat dengan
perkembangan kognitif, perkembangan kognitif anak berkaitan erat dengan
perkembangan diri, dan lain – lain.
Asas korelasi ,peristiwa belajar mengajar adalah
menyeluruh, mencakup berbagi dimensi yang kompleks. Guru hendaknya memandang
anak didik sebagai sejumlah daya-daya yang dinamis yang senantiasa ada dalam
keadaan berinteraksi dengan dunia sekitar untuk mencapai tujuan. Hal ini yang menyebabkan
anak didik dalam menerima pelajaran bersifat selektif kemudian bereaksi
mengelolanya. Itulah sebabnya dalam setiap pembelajaran, guru harus
menghubungkan suatu bahan dengan bahan pelajaran lainnya, sehingga membentuk
mata rantai yang erat. Asas korelasi akan menimbulkan asosiasi dan apersepsi
dalam kesadaraan dan sekaligus membangkitkan motivasi anak didik terhadap mata
pelajaran.
8. Asas Belajar Sepanjang Hayat
Pembelajaran
yang dirancang untuk membekali anak agar bisa belajar sepanjang hayat dan mendorong anak selalu
ingin dan berusaha belajar kapanpun dan
dimanapun. Belajar sepanjang hayat
menjadi asas karena proses belajar anak tidak tidak hanya berlangsung di PAUD,
tetapi sepanjang hayat anak. Oleh karena itu , pembelajaran di PAUD hendaknya
diupayakan untuk membekali anak.
0 komentar:
Posting Komentar